Nur Fitriatin, Ph.D
Dosen FTK & Sekretaris LPM UIN Surabaya
Membangun
sebuah sistem pendidikan yang ideal memang bukanlah hal mudah.
Jelasnya, ada perjuangan yang mungkin tidak sederhana, bahkan sedikit
terjadi tarik menarik atau perbedaan pemahaman di internal institusi.
Diantaranya adalah saat melakukan sinergi antara proses akademik yang
menjadi tugas pokok dari sebuah perguruan tinggi dan peningkatan
kualitas manajemen perguruan tinggi yang relative menjadi pendukung
dalam keberhasilan sebuah proses akademik. Pemahaman yang kerap saling
berseberangan terhadap core problem pengelolaan perguruan
tinggi sebagai sebuah unit akademik dan sebagai entitas manajemen murni,
seringkali menjadi sandungan dalam perjalanan peningkatan mutu
institusi penddidikan tinggi.
Diakui
atau tidak, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) mempunyai posisi strategis
dalam meningkatkan kualitas & menentukan keberhasilan visi &
misi pendidikan dari sebuah dalam perguruan tinggi. Demikian juga dengan
LPM UIN Sunan Ampel Surabaya.
Menuju
tahun keempat perjalanan LPM UINSA, tampaknya perlu menengok kembali
“jalan setapak” yang sudah dibangun pada dua fase yang telah dilewatinya
dalam dua tahun belakangan. Hal ini dirasa cukup penting bukan karena
alasan romantisme masa lalu, namun lebih sebagai refleksi sekaligus
sebagai pijakan untuk melangkah pada fase ketiga pada tahun 2016. Oleh
karenaanya, tulisan ini bermaksud memaparkan kembali fase “mapping the
gaps and creating the borders” di periode 2013-2014 dan fase “building
system” pada pada 2014-2015, yang lebih lanjut menjadi catatan penting
untuk menjalani fase selanjutnya pada 2016, yakni fase “reinforcement
and internationalisation”.
*****
Perlu
diketahui, Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) menjadi fokus
capaian kerja selama 2015. Berbekal pada hasil dokumentasi borang yang
sudah dikirimkan ke Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT)
pada bulan Agustus 2014, maka awal tahun 2015 Lembaga Penjaminan Mutu
UINSA meneliti kembali dokumen 2014, yang kemudian dikirim kembali pada
bulan Mei 2015. Aktifitas rutin pengumpulan dokumen, diskusi dan
penulisan dokumen dan diakhiri dengan visitasi akreditasi yang
dilaksanakan pada bulan Juli 2015, menyita hampir 90% alokasi waktu
kegiatan.
Adapun
kegiatan lainnya menjadi pendukung dari AIPT. Audit internal sebagai
salah satu instrument untuk melihat kondisi senyatanya di UIN Sunan
Ampel Surabaya, tahun ini difokuskan pada audit prodi. Seluruh prodi di
S1 telah menjadi auditee. Sementara untuk yang di Pasca Sarjana masih
dalam proses. Kegiatan ini menyisakan satu pekerjaan yakni expose hasil
audit yang belum menemukan kesempatan untuk di share kepada pemegang
kebijakan.
Pendukung
Akreditasi Institusi (AIPT) selanjutnya adalah komunikasi internal.
Dalam hal ini komunikasi internal diimplementasikan dalam bentuk morning tea.
Sebuah kegiatan penting dalam rangka menciptakan sinergi seluruh
komponen di universitas yang di kemas dengan kemasan santai yang fruitful
(memberikan hasil yang maksimal). Bagaikan kran air yang seharusnya
mengalirkan air untuk kebaikan bersama, hasil diskusi yang terlahir pada
saat morning tea ini memberikan dampak langsung terhadap
perubahan kondisi yang diharapkan. Sayang sekali kegiatan ini
berlangsung hanya satu kali sejak LPM berdiri.
Selain
peningkatan pengelolaan management di level perguruan tinggi, Lembaga
Penjaminan Mutu di tahun 2015 juga menfokuskan aktifitasnya untuk
penataan basis kegiatan akademik seperti penataan homebasing dosen,
dimana dosen dengan basis keilmuan yang dimilikinya mempunyai “rumah”
keilmuannya di Prodi yang sesuai. Namun demikian, hal ini bukan berarti
dosen yang telah memiliki rumah di Prodi tertentu kemudian tidak bisa
mengajar di Prodi lain. Home-basing ini justru memberikan
informasi bahwa dosen yang ada di UIN Sunan Ampel adalah dosen
universitas, sehingga bisa mengajar di prodi manapun sepanjang sesuai
dengan keahliannya. Informasi home-basing ini juga merupakan persyaratan untuk sebuah perguruan tinggi masuk dalam home-basing BAN PT, sehingga bisa dijadikan rujukan oleh BAN PT untuk melalukan evaluasi.
Sejalan dengan home-basing
dosen adalah pembentukan konsorsium dosen serumpun. Konsorsium selain
memetakan keahlian dosen dan menjadi data-base bagi perguruan tinggi,
konsorsium dosen serumpun sebenarnya berperan besar dalam rangka
melakukan pengembangan karir dosen. Kelambatan peningkatan jumlah guru
besar di lingkungan UIN Sunan Ampel, salah satu penyebabnya adalah
karena lemahnya sistem yang mendukung terlahirnya para dosen yang
memiliki prestasi akademik. Selain itu optimalisasi implementasi
aktifitas Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan skema service learning, akan lebih mudah terjadi melalui konsorsium dosen ini. Sampai saat ini, UIN Sunan Ampel telah memiliki 19 kelompok konsorsium dosen serumpun. (Bersambung..)
sumber: http://www.uinsby.ac.id/kolom/id/156/refleksi-fase-penjaminan-mutu-uinsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar